Blogger Kompasiana Facebook Twitter
Syaikh Ali Gum'ah Yusuf Al-Qaradhawi Al-Habib Umar bin Hafidz Al-Habib Ali Al-Jufri Prof. Dr. Zaghlul El-Naggâr Dr. Mohamed Emarah Prof. Dr. Thaha Al-'Ulwâni Syaikh Mohamed Hassan Yusril Ihza Mahendra Goenawan Mohamad Andrea Hirata Helvy Tiana Rosa Asma Nadia Gus Mus Dewi Lestari
Abdul Mun'im Kak Faizi Kak Musthafa B Kak Mamak Thiya Renjana Bahauddin Amyasi Izel Muhammad
Al-Arabiyah Al-Jazeera Kompas Tempo Interaktif Jawa Pos Sindo Surya Republika Duta Masyarakat Surabaya Pagi Detik
Waqfeya Library Al-Mostafa Library Mohdy Library
Google Yahoo MSN

Minggu, 21 Maret 2010 | Monggo dinikmati

Oh, Engkau

Halaman ini diakses sebanyak: kali
Belajar memahamimu, aku tiba-tiba menjadi laki-laki paling tolol
engkau rumit seperti angin yang dikirim Mikail: kurasakan namun selalu tak terjangkau.
Aku mengimani keagunganmu, sebagaimana ranting yang merunduk ketika angin
bertiup. Engkau yang tidak bisa ditaklukkan oleh waktu, tak terjamah
oleh cengkraman musim. Aku tidak gugup melihatmu, karena engkau
diciptakan Tuhan begitu puitis, tapi aku gugup karena sekuntum senyummu
yang semilir angin mempecundangi pori-pori mimpiku di tengah tidurku
yang paling magis.

Aku mengamini keanggunanmu, sebagaimana panas yang menyingkir
ketika datang gelap. Engkau yang tak tergapai oleh nalar, tak
tertampung oleh perasaan. Aku tidak sanggup meyakinkanmu, bukan karena
kelahiranmu yang mistis, aku tidak sanggup meyakinkanmu, karena
anggukanmu yang filosofis mempraharai perahu kayu yang memuat semua
balok mimpiku menjadi pupus.



Engkau adalah parade keindahan yang Tuhan pawaikan untukku. Denganmu,
Tuhan ingin mengatakan kepadaku: “Dengannya, engkau akan melampaui
batas erotisme kabut dan pagi, karena di sinilah kupendam senoktah rahasiaKu, kutitipkan sebagian pengetahuanKu”. Tuhan benar, aku tersesat sebelum menemukanmu di sini.

Tapi tentu saja Tuhan tahu jejak keraguanku membaca epistem
kosmologi itu, karena engkaulah miniatur dari semesta itu
sendiri.Engkau adalah kosmos yang diperdebatkan para teolog dari masa
ke masa, dari dulu engkau selalu sajak kegalauanku, karena engkau
selalu menyimpan di dasar airmu yang senyap keluasan pertanyaan tak
berbatas, namun tak pernah menyediakan jawaban.

Atau jika aku mendekatimu dengan filsafat, kelahiranmu adalah awal keruntuhan
filsafat positivme, sebab melihatmu kebenaran itu sendiri, aku selalu yakin, engkaulah nilai itu. Mengejamu, aku tidak perlu piranti pengetahuan tertentu, sebab dengan bersamamu, pengetahuan
itu akan kutemukan sendiri, bahwa engkau sebenarnya bersemayam di balik
lirik puisi. Oh, engkau yang menjadi simbol keserasian jagad raya, istirahlah bersama
mimpi-mimpiku yang ajaib!

Musikku adalah kepiluan panjang, orkestra kecemburuan dan petikan
harpa yang ragu. Tidak ada nyanyian di sini, karena encintaimu adalah
kemerdekaanku, kemerdekaan tanpa tugu peringatan dan tanpa bulan madu.


Kairo, 10 Mei 2009.

1 komentar:

loopdreamer mengatakan...

halo met siang... nah itu template kamu udah keren kok... udah bagus itu... punyaku malah sangat sederhana... aku malah ga pake background image...

Posting Komentar

 
Copyright © 2010 - All right reserved | Template design by Hamzah Herdiansyah | Published by Jurnalborneo.com
Proudly powered by Blogger.com | Best view on mozilla, internet explore, google crome and opera.