Blogger Kompasiana Facebook Twitter
Syaikh Ali Gum'ah Yusuf Al-Qaradhawi Al-Habib Umar bin Hafidz Al-Habib Ali Al-Jufri Prof. Dr. Zaghlul El-Naggâr Dr. Mohamed Emarah Prof. Dr. Thaha Al-'Ulwâni Syaikh Mohamed Hassan Yusril Ihza Mahendra Goenawan Mohamad Andrea Hirata Helvy Tiana Rosa Asma Nadia Gus Mus Dewi Lestari
Abdul Mun'im Kak Faizi Kak Musthafa B Kak Mamak Thiya Renjana Bahauddin Amyasi Izel Muhammad
Al-Arabiyah Al-Jazeera Kompas Tempo Interaktif Jawa Pos Sindo Surya Republika Duta Masyarakat Surabaya Pagi Detik
Waqfeya Library Al-Mostafa Library Mohdy Library
Google Yahoo MSN

Senin, 12 Juli 2010 | Monggo dinikmati

Guru, Murid dan Kehidupan

Halaman ini diakses sebanyak: kali
Seorang murid dalam sebuah komunitas tasawwuf yang telah sekian tahun hidup bersama gurunya protes, karena dalam jangka waktu sepanjang itu, gurunya lebih memperhatikan yuniornya.

Murid senior: "Guru, aku telah mengabdi kepadamu sekian tahun. Tapi kenapa sejauh ini, saya kurang mendapatkan perhatian yang selayaknya, sementara si fulan, yang datang setelahku mendapatkan perhatiann lebih darimu?"
Guru: "Nak, bisakah engkau panggilkan si fulan?"
Murid senior: "Baiklah, Guru."
Tak lama kemudian si fulan datang. Sang Guru menulis sebuah titik di sebuah papan putih.
Guru: "Sekarang begini, aku sengaja mengumpulkan kalian untuk menanyakan, apakah yang kalian lihat di papan itu?"
Murid senior: "Sebuah titik hitam, Guru."
Sang guru menoleh pada murid yunior, dan berkata,
Guru: "Sekarang bagianmu, apa yang kamu lihat?"
Murid yunior: "Papan putih, Guru."
Sang guru menoleh pada muridnya yang senior.
Guru: "Inilah, Nak, kenapa aku mendahulukan adik kelasmu. Dia lebih bisa melihat sesuatu yang lebih besar dan prinsipil dalam kehidupan ini, sementara engkau lebih fokus pada hal yang remeh."

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2010 - All right reserved | Template design by Hamzah Herdiansyah | Published by Jurnalborneo.com
Proudly powered by Blogger.com | Best view on mozilla, internet explore, google crome and opera.