Seorang murid dalam sebuah komunitas tasawwuf yang telah sekian tahun hidup bersama gurunya protes, karena dalam jangka waktu sepanjang itu, gurunya lebih memperhatikan yuniornya.
Murid senior: "Guru, aku telah mengabdi kepadamu sekian tahun. Tapi kenapa sejauh ini, saya kurang mendapatkan perhatian yang selayaknya, sementara si fulan, yang datang setelahku mendapatkan perhatiann lebih darimu?"
Guru: "Nak, bisakah engkau panggilkan si fulan?"
Murid senior: "Baiklah, Guru."
Tak lama kemudian si fulan datang. Sang Guru menulis sebuah titik di sebuah papan putih.
Guru: "Sekarang begini, aku sengaja mengumpulkan kalian untuk menanyakan, apakah yang kalian lihat di papan itu?"
Murid senior: "Sebuah titik hitam, Guru."
Sang guru menoleh pada murid yunior, dan berkata,
Guru: "Sekarang bagianmu, apa yang kamu lihat?"
Murid yunior: "Papan putih, Guru."
Sang guru menoleh pada muridnya yang senior.
Guru: "Inilah, Nak, kenapa aku mendahulukan adik kelasmu. Dia lebih bisa melihat sesuatu yang lebih besar dan prinsipil dalam kehidupan ini, sementara engkau lebih fokus pada hal yang remeh."
0 komentar:
Posting Komentar