Aba....
Kulihat lipatan kerut di wajahmu seperti menghitung zaman
Dan di pelupuk dengkur nakalku
Bayangmu serasa rerumputan kering ditiup angin bisu
Aku, di sini masih bertahan di antara riak Nil
Yang menikah tadi sore dengan gemerlap lelampu kota kairo
Bilamanakah Maduraku kembali rebah mesra Bersama endapan Mayangmu
yang tak pernah kecewa?
Aku haus,Aba...
Aku rindu kakak-kakak dan adik-adikku
Sebuah karya abadimu di antara semesta lagu-laguku.
Ajari aku mengeja kembali,
Tentang siluet senja yang tergesa tiba
sebelum pagi melontarkan aba-aba
Bilakah aku memesraimu kembali?
Ya aku akan selalu mencari !
Kulihat lipatan kerut di wajahmu seperti menghitung zaman
Dan di pelupuk dengkur nakalku
Bayangmu serasa rerumputan kering ditiup angin bisu
Aku, di sini masih bertahan di antara riak Nil
Yang menikah tadi sore dengan gemerlap lelampu kota kairo
Bilamanakah Maduraku kembali rebah mesra Bersama endapan Mayangmu
yang tak pernah kecewa?
Aku haus,Aba...
Aku rindu kakak-kakak dan adik-adikku
Sebuah karya abadimu di antara semesta lagu-laguku.
Ajari aku mengeja kembali,
Tentang siluet senja yang tergesa tiba
sebelum pagi melontarkan aba-aba
Bilakah aku memesraimu kembali?
Ya aku akan selalu mencari !